Kamis, 13 Maret 2014

Semuanya Telah Berubah

Angin kembali menyibakkan rambut hitamku. Menggugurkan satu per satu daun yang tak lagi kuat bertahan pada setiap ranting. Burung pun ikut serta hilir mudik. Mencari peraduan yang sekiranya mampu sebagai tempat bermalam dan melepas lelah. Aku masih sibuk duduk termenung di bawah pohon besar di ujung taman ini. Merasakan angin yang kini semakin lama semakin sering menyibakkan rambutku. Menikmati indahnya taman di sore menjelang malam ini. Dan mencoba mengerti tentang semua permasalahan yang kini tengah terjadi.

Semuanya telah berubah. Dunia semakin kejam! Benarkah? Atau mungkin, memang manusia yang tiada pernah berhenti bersyukur pada Dzat yang telah memberinya begitu banyak oksigen sampai detik ini? Ah, aku bingung. Bingung bahkan mungkin lelah untuk mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi. Kabar burung itu datang silih berganti. Kejadian demi kejadian seakan sebagai episode demi episode dalam drama ftv yang sering diputarkan dalam beberapa stasiun televisi. Mengancam setiap yang bernapas. Memburu setiap darah yang mengalir. Aku takut! Tuhan, aku takut dengan semua ini, Tuhan. Semuanya telah berubah.

Lalu siapa lagi yang dapat ku percayai, Tuhan?

Aku kembali tertunduk setelah menarik napas dan menghembuskannya kembali. Sedetik kemudian ku genggam erat besi yang sedari tadi menjadi tempat dudukku. Aku pun menarik napas dan menghembuskannya lagi. Dari jauh, rumput seakan menertawakan keberadaanku di tempat yang kini tak lagi ramai. Aku bingung. Sungguh. Aku takut. Aku.....Aku....

Siapa lagi yang dapat ku percayai selain Engkau, Tuhan?

Semuanya telah berubah. Semuanya. Tak ada lagi yang tersisa. Kini, hanya ada Engkau dan beberapa makhluk cipataan Mu yang sekiranya masih mengingat Engkau dalam setiap hembusan napasnya. Aku ingin kembali seperti dulu. Merasakan ketenangan. Memiliki rasa percaya pada orang lain. Menaruh rasa empati pada setiap orang yang ku temui. Menjadi makhluk normal tanpa harus memliki rasa takut untuk mengenal orang baru dalam hidupku. Ya, memiliki sedikit saja rasa percaya pada orang baru. Orang baru. Benar. Ya, orang baru yang sekiranya dapat membuat hidupku menjadi lebih baik. Ah, ku harap aku tak berlebihan dengan semua ini.

Ya, semuanya telah berubah. Krisis iman dan kepercayaan melanda bak ombak yang kapan saja dengan mudahnya menerjang rumah-rumah penduduk di sekitar pesisir pantai. Semuanya benar-benar telah berubah. Untuk ke sekian kalinya, Tuhan, siapa lagi yang dapat ku percayai? Berita di luar sana begitu mengerikan. Peristiwa itu tak masuk akal, tapi......

Siapa lagi yang dapat ku percayai, Tuhan?

0 Comment:

Posting Komentar