Minggu, 30 Maret 2014

Aku Bukan Aku

Inilah aku. Sosok manusia yang dulu sempat menjadi kebanggan mereka. Inilah aku. Sosok manusia yang mungkin sekarang, tak ubahnya abu yang dapat dengan mudahnya singgah pada tempat yang ditemuinya. Waktu bergulir begitu cepat membiarkan aku tumbuh menjadi sosok yang tak lagi aku kenal. Menjadi sosok yang terkadang tak pernah ku duga, tak pernah ku bayangan, dan tak pernah ku harapkan!

Sulit rasanya menerima kenyataan bahwa aku bukanlah aku. Ya, sekali lagi. Aku bukan aku! Entah siapa yang telah berubah, aku atau memamg beginikah adanya? Sulit sekali ku pahami. Berulang kali sudah ku tanyakan pada Tuhan tentang semua yang telah terjadi padaku. Tapi sepertinya Tuhan hanya  mendengarkan setiap celotehan dan semua pertanyaanku dan menunggu waktu yang tepat untuk memberitahuku akan semua ini. Ah, sudahlah.

Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun. Setiap tempat pun telah berubah. Suasana tak lagi sama. Memori tinggalah memori. Beribu peran pun sudah ku mainkan di setiap tempat. Tapi tetap saja, aku bukanlah aku. Pertanyaan demi pertanyaan itu tak pernah lelah membayangi setiap sudut cerebrum ini. Aku terus mengabaikannya. Tapi tetap saja, aku tak bisa mengelak bahwa aku bukanlah aku.

Sampai titik dari semua titik itu pun tiba. Emosiku memuncak. Aku di luar kendali. Aku mencaci setiap apa pun yang ku perbuat. Aku mencaci setiap apa yang ku pikirkan. Persetan dengan semua pertanyaan itu! Bersyukur jauh lebih penting, hei manusia! Bodoh! Kau tak lebih dari anak dungu yang terus saja mempertanyakan siapa dirimu, apa kau tahu itu? Persetan dengan semua! Aku mengutuki diriku. Aku di luar kendali dan benar-benar seperti orang yang kerasukan.

Aku pun berusaha menenangkan diriku. Tenggelam bersama alam bawah sadarku. Melayang dalam mimpi yang entah ku tahu. Mencari setitik jawaban dari semuanya. Beberapa saat kemudian aku pun terbangun dari perjalanan jauhku. Aku pun sadar akan semua.

Dan kini....

Semuanya telah berubah. Aku bukanlah aku. Namun, aku mendapat sebuah jawaban dari semua yang telah terjadi. Cukuplah kita memainkan peran dengan sebaik mungkin atas skenario yang telah Tuhan berikan, walaupun aku bukanlah aku, dan kau bukanlah kau.

Terima kasih, untukMu, Tuhan.......

0 Comment:

Posting Komentar