Kamis, 13 Februari 2014

Aku Ingin Kembali, Tuhan

Malam pun kembali. Penghuni langit tampak begitu ceria menemani angin yang kini semakin merasuki tulang. Kesejukan begitu terasa. Tenang. Sunyi. Aku merasakannya begitu dalam. Lama. Lama sekali aku terpaku pada keheningan. Pada setiap hembusan napas yang....yang tak pernah aku syukuri pada Sang Pencipta tubuh dan raga ini. Ah, Tuhan.....

Malam semakin larut. Penghuni langit pun semakin lama semakin menjauh dan hilang. Jarum jam di pojok ruangan kecil ini pun terus berputar bersama pikiranku yang semakin jauh melayang. Aku terdiam lama memandangi semua foto-foto, dari laptopku, yang sedari tadi terus menyala. Aku tersenyum tipis saat melihat foto-foto itu. Foto-foto yang penuh arti, bisikku lirih. Aku kembali membisu. Kumainkan kembali kursor untuk mengganti foto demi foto yang telah lama kusimpan dalam memori laptopku. Tanpa terasa butiran-butiran kecil itu mengalir dari ujung mataku. Mengalir perlahan demi perlahan.

Tuhan.......

Aku merindukan mereka. Aku merindukan diriku yang dulu. Aku merindukan sosok sahabat-sahabatku yang dulu. Aku merindukan suasana ketika aku mampu tertawa lepas tanpa beban. Aku merindukan sosok guru-guru hebat yang tak pernah lelah mengajariku hingga aku mengerti. Aku merindukan saat-saat dimana aku dapat bermanja-manja dengan kedua orang tuaku. Sungguh, Tuhan. Aku juga merindukan saat aku mampu mengukir begitu banyak prestasi di sekolahku. Saat dimana aku mampu membuktikan bahwa aku bisa melakukan yang terbaik untuk diriku sendiri. Saat aku mampu berdiri di depan semua orang dengan prestasi yang telah aku raih. Saat aku membuktikan itu semua kepada kedua orang tuaku. Ya, aku merindukan semua itu, Tuhan. Aku.........Aku.........Ah, Tuhan....Kenapa Kau membiarkan waktu bergulir begitu cepat. Kenapa Kau membiarkan aku terjebak dalam semua kenangan ini. Kenapa, Tuhan?

Aku ingin kembali, Tuhan.....

Aku ingin menjadi anak kecil yang mampu bermain tanpa henti. Tertawa lepas tanpa beban. Bermanja berlama-lama dengan malaikat terhebat yang aku miliki. Belajar tanpa henti bersama guru-guru hebat yang kutemui. Mengukir berjuta prestasi semampu yang aku bisa. Aku ingin sahabat-sahabatku kembali. Aku ingin aku dan mereka dapat bersenda gurau kembali seperti dulu, sebelum waktu merubah segalanya. Sebelum aku menjadi sosok yang tak lagi ku kenal. Sebelum aku benar-benar harus berpisah bersama sahabat-sahabatku. Sebelum deadline-deadline itu datang tanpa henti. Sebelum aku mengeti arti hidup. Sebelum aku mengerti arti pengorbanan. Sebelum aku mengerti bahwa perpisahan adalah pasti. Sebelum........Sebelum.........Sebelum.........

Aku ingin kembali, Tuhan.......

Tangisku semakin kencang. Memecah kesunyian yang sedari tadi menyelimuti ruangan kecil bercat hijau ini. Jarum jam terus berputar dan berputar. Seolah membiarkanku terjebak dalam semua kenangan masa laluku. Aku merindukan itu semua! Semua. Ya, semuanya.

Ah, Tuhan......

Aku ingin kembali......

Sedetik kemudian ku ambil handphone yang tergeletak di atas kasur. Ku tekan beberapa tombol yang dapat menghubungiku dengan seseorang yang mungkin masih terjaga di sana. Kukirimkan pesan singkat ke nomor yang ku tuju. Lama aku menunggu balasan. Kembali aku mainkan kursor. Melihat-lihat setiap foto yang kusimpan. Selang kemudian handphoneku berbunyi. Tanda pesan masuk. Ah, ternyata dia masih terjaga, pikirku kemudian. Lalu segera ku baca balasannya. Dan........cukup lama aku terpaku memandangi setiap kata yang dikirimnya. Memahami bahwa aku benar-benar mengerti apa yang dimaksud olehnya. Mengerti bahwa memang waktu benar-benar telah merubah segalanya.....

"Hidup enggak selalu ada di atas. Kadang kita juga harus ada di bawah. Dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Lo cuma harus jadi diri lo sendiri. Jangan terus terjebak di masa lalu. Liat masa depan. Masih banyak yang harus lo perbuat. Move on!"

Tanpa ku sadari secercah harapan kembali muncul. Be the best as you can!, ucapku lirih.

0 Comment:

Posting Komentar